Dunia (Hampir) Hilang Dalam Sedetik #Tragedi Air Terjun Wera

Judulnya kok tragedi. Pasti pada nanya gitu. Soalnya jarang-jarang dan jangan sampai kejadian lagi #ketoktanahtigakali.

Jadi gini ceritanya, saya yang doyan banget travelling ini main lagi ke Air Terjun Wera. Sekitar 15 km dari Palu. Ini kelima kalinya saya main ke air terjun ini dan tetap saja saya takjub dengan keindahannya. Walaupun jalanannya berliku dan berbatu.

Perjalanan kali ini cuma 4 orang termasuk didalamnya teman baru saya nemu di CS (Couchsurfing) Nardo namanya, lainnya Tasya dan Kak Ani. Awalnya masih have fun aja, paling-paling Tasya yang drop sampai pucat nggak kuat jalan. Jadi sebentar-sebentar berhenti. Diantara berempat yang paling heboh itu malah Nardo. Cowok satu ini nggak berhenti-berhenti ngomong. Nyidam cabe kali emaknya waktu pas hamil. Baterainya full terus. Semangat banget dah pokoknya, padahal yah backpacknya itu penuh sama makanan and minuman beberapa botol loh. Kami yang para cewek cuma bawa tentengan minum satu botol doank.

Jejeng… dan akhirnya sampailah kami di air terjun Wera. Eksotik dan mendebarkan. Tingginya sekitar 30 meter dan kebetulan karena hari libur jadi rame banget.

Selalu Segar disini ^^ *Wera  Waterfall*
Selalu Segar disini ^^ *Wera Waterfall*

Kami bertiga (saya, Kak Ani dan Nardo) memutuskan buat ke air terjunnya langsung. Jangan dibayangkan jalanannya mulus yah. Milyaran kubik air deras mengalir, ditambah lagi batu-batu licin. Untung ada cowok dua orang yang mau ke air terjun juga. Jadinya dibantu mereka. Lancarlah perjalanan kami ketitik air terjun itu.

Tebak disebelah mana sayah d(^^)b
Tebak disebelah mana sayah d(^^)b

Berdiri tepat dibawah air terjun sambil membentangkan tangan, berteriak sekencang-kencangnya apa rasanya… SERU, DINGIN, LEPAS SEMUA BEBAN, dan TAKJUB. Suara teriakan kami tidak ada yang mendengar hanya grojokan suara air terjun menyatu dengan suara teriakan kami. Dan dimanapun tempat yang saya kunjungi saya selalu sempatkan berdoa dan mengucap syukur. Doa saya kali ini adalah …. cukup jadi milik saya sendiri 😀

Ini jalannya, silahkan dicari
Ini jalannya, silahkan dicari

Tapi dan tapi yang namanya celaka itu kadang memang nggak bisa diprediksi ya. Sewaktu akan balik lagi ke tebing awal ternyata saya kehilangan keseimbangan. Batu yang licin membuat saya oleng dan akhirnya jatuh ke derasnya sungai dan tidak ada batu yang bisa dipegang, sekejap mungkin sepersekian detik saya merasa lenyap dari bumi. Sempat terlintas inikah saatnya.

Betul-betul panik dan mendebarkan, karena kalau sekian detik tidak ada yang menggapai saya mungkin bisa dibilang saya akan terbawa derasnya arus air terjun. Betulkah ini saatnya???

Untung saja saya menarik tangan mas-mas yang dibelakang saya dan Kak Ani yang didepan saya menarik baju saya. Nardopun sigap menarik saya.

Bahu kiri saya kini biru lebam, jika digerakkan akan terasa sakit tapi saya masih bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup ^^. Tuhan itu baik, sangat baik Dia masih memberi kesempatan pada saya untuk meraih mimpi-mimpi saya. Mungkin saya diingkatkan kali ini untuk lebih berhati-hati, nggak boleh pethakilan , atau mungkin diberi kesempatan untuk menikah dulu *ihir* atau… who knows…

Hati-hati dalam melangkah akan menjadikan kita lebih bijak dalam hidup. Jalan-jalan itu penting untuk refreshing dan memandang dunia dalam cakrawala baru, tapi menjaga diri sendiri juga tak kalah pentingnya.

Dan saya tidak kapok jalan-jalan d(^^)b

Tinggalkan komentar